Langsung ke konten utama

Antara Mahasiswa dan Demokrasi



Sangat menarik apabila kita menyaksikan suasana yang terjadi menjelang pemilu belakangan ini. Melalui tulisan ini penulis ingin menyampaikan pendapat mengenai peran mahasiswa dalam menyambut pesta demokrasi 5 tahunan ini.Demokrasi merupakan salah satu fenomena penting yang mewarnai transformasi masyarakat global pada tiga dasawarsa terakhir abad ke 20. Kuatnya tuntutan demokratisasi dan maraknya diskursus demokrasi karena adanya anggapan bahwa demokrasi merupakan satu sistem yang bisa menjamin keteraturan publik dan sekaligus mendorong transformasi masyarakat menuju suatu struktur sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan yang lebih ideal.  

Demokrasi yang ideal, pada dasarnya dapat membangun negara yang responsif, akuntabel dan legitimet. Hal tersebut dapat terwujud dalam bentuk pemerintahan yang bersih dari korupsi dan melayani kebutuhan publik secara konstitusi, lembaga perwakilan yang kredibel memperjuangkan kepentingan masyarakat, serta institusi hukum yang mengabdi pada keadilan dan kemanusiaan.

Tetapi sangat disayangkan ketika tidak sedikit pula catatan negatif yang tentu saja hal ini menjadi ironi tersendiri bagi sebuah sistem yang bernamakan demokrasi. Hal tersebut dapat terlihat dengan terjadinya defisit demokrasi yang dalam hal ini dapat dartikan dengan condongnya perubahan hanya sebatas instrumentalis dan formalis, model kekuasaan yang transaksional, politik biaya tinggi, instrumen politik yang tidak representatif, krisis ideologi politik, dan menguatnya pragmatisme yang semuanya tersebut bermuara pada semakin meningkatnya korupsi yang sistemik.
  Dan sistem demokrasi merupakan demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Sistem pemirintahan yang sekarang carut marut akan adanya KKN (korupsi, Kolusi , dan Nepotisme) inilah yang membuat rakyat bahkan mahasiswa enggan ikut serta dalam pemilihan dan Demokrasi. 

Nyanyian kaum tertindas akan sistem pemerintahan liberal di Negara ini sudah hampir setiap hari kita dengar, entah di media elektronik, maupun cetak . Dari korupsi pengadaan sarana olahraga yang belum selesai sampai sekarang bahkan sampai korupsi Al Quran. Rakyat semakin tidak percaya apa yang terjadi di lingkungannya sendiri. Dan ketidak percayaan tersebut sudah berdampak sampai lingkungan lingkungan kampus saya yaitu UIN  Sunan Ampel Surabaya, hal itu bisa di lihat dari pemilihan HMJ bahkan sampai pemilihan Presiden kampus . hampir 60 sampai 70% mahasiswa memilih golput, termasuk saya sendiri tidak terlihat apa itu kepemimpinan yang seharusnya di perlihatkan  ,hal kecil yang di lupakan oleh pejabat kampus, Carut marutnya sistem pemerintahan kampus, dan saling rasisme antar organisasi ekstra kampus. Dengan tidak memilih, mahasiswa melakukan perlawanan akan adanya nepotisme yang terjadi di lingkungannya.
Tetapi ketika kita berfikir kembali, tidak semua pemimpin itu melakukan hal negatif. Karena di sisi gelap setiap manusia pasti punya cahaya terang akan hal positifnya.
Kegagalan dalam memaknai arti dari sebuah demokrasi ini menurut saya merupakan hal yang serius, tidak ada jalan terbaik selain kita bersama-sama membentuk suatu situasi kesamaan persepsi yang bernafaskan tatanan nilai-nilai konstitusi diantara berbagai komponen yang ada dalam negara guna melakukan perbaikan terhadap system demokrasi ini, sehingga terwujudnya tujuan ideal demokrasi sebagaimana yang telah dicita-citakan oleh sistem itu sendiri. 


  Bila dibiarkan lebih jauh bukan tidak mungkin kita akan kehilangan jati diri kita sebagai negara yang responsif, akuntabel dan legitimet. Salah satu cara yang dapat kita lakukan bersama adalah dengan menggali nilai-nilai demokrasi asli Indonesia, yang hal itu terdapat di lapisan dasar masyarakat Indonesia seperti masyarakat adat dan desa. Bagaimanapun juga berdemokratisasi dengan cara yang benar adalah kunci keberhasilan negara dalam menggapai sebuah tujuan yang mulia.

  Semoga kita semua sebagai mahasiswa dapat terbuka mata hatinya dan para pemimpinpun mendengar aspirasi para rakyatnya dan mengevaluasi cara kerjanya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Selamat berdemokrasi dan berfikir kritis. 

JANGAN BUANG WAKTUMU JANGAN SIAKAN ILMU. MARI MENJADIKAN CIVIL SOCIETY ITU ADA DI LINGKUNGAN KITA  !

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ekspresi Punker !

This PUNK ! PUNK adalah suatu ideologi tentang pemberontakan dan anti kemapanan. Dalam sejarah, tidak ada yang tahu persis kapan budaya punk ini muncul. Namun, telah banyak yang mencoba menulis tentang awal mula budaya ini walaupun muncul dalam beberapa versi. Kata punk sendiri berasal dari Bahasa Inggris, Yaitu “ Public United Not Kingdom”  yang berarti kesatuan masyarakat di luar kerajaan. Punk muncul sebagai bentuk reaksi dari masyarakat yang kondisi perekonomiannya lemah dan pengangguran di pinggiran kota inggris. Terutama kelompok anak muda dengan kondisi keterpurukan ekonomi sekitar tahun 1976-1977. Kelompok remaja dan para kaum muda ini merasa sistim monarkilah yang menindas mereka, dari sini muncul sikap resistensi terhadap sistim monarki. Dalam budaya PUNK tidak terlepas dari individu dan kelompok. Individu yang mempunyai tujuan yang sama dengan individu lainnya mencari keamanan identitas diri dengan membentuk suatu kelompok sosial atau komunitas yan...

Penilaian pada laki-laki berambut gondrong

ilustrasi Gondrong merupakan sebutan untuk orang berambut panjang yang dibiarkan terurai. Makna gondrong mengalami perubahan dalam konteks sosial. Dulunya, gondrong dipersepsikan untuk menunjukkan kekuataan dan kekuasaan. Sekarang, persepsi tersebut mengalami perubahan, orang-orang yang berambut gondrong dianggap bersikap apatis, anarkis dan inpolite (tidak sopan) Masa pra kolonial, rambut gondrong merupakan pemandangan yang lazim bagi kaum pria di nusantara. Lihat saja pada film-film yang berlatar kehidupan nusantara masa lampau, misalnya film Joko Tingkir, sebuah film berlatar kehidupan seorang ksatria tanah Jawa yang memiliki hobi membela keadilan, ataupun Wiro Sableng, dan juga si Buta dari Gua Hantu yang juga memiliki karakter yang sama. Bahkan, lukisan Sultan Iskandar Muda karya Sayed_Abdullah, beliau pun digambarkan memiliki rambut gondrong. Artinya, rambut gondrong bukanlah sebuah style yang seharusnya dianggap negative oleh masyarakat luas, terutama kaum ibu-ibu yang mem...